Monday, May 25, 2015

SYA'BAN YANG UTAMA


Bulan Sya’ban sekalipun bukan termasuk Asyhurul Hurum namun bulan Sya’ban adalah bulan yang utama. Rosuloulloh bersabda:
قال رسول الله ص م :  قضل شعبان على سائر الشهور كفضلى على سائر الأنبياء, فضل رمضان على سائر الشهور كفضل الله على خلقه.
Artinya: keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lainnya bagaikan keutamaan rosululloh atas seluruh para nabi,sedang keutamaan bulan Romadlon atas bulan-bulan yang lain bagaikan keutamaan Alloh atas makhluknya.
Berdasarkan hadis di atas, umat Islam semestinya memberikan perhatian husus terhadap bulan ini dengan mengerjakan perbuatan ketaqwaan dengan berbagai amal-amal soleh. banyak sekali dalil-dalil yang menjelaskan keutamaan bulan Sya’ban dan beribadah dengan ibadah tertentu di dalamnya, yaitu berpuasa sunnah. Kami akan sebutkan sebagiannya, diantaranya :

Pertama : Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak berbuka (yakni karena seringnya dan terus menerusnya berpuasa). Dan beliau berbuka (tidak berpuasa) sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak pernah melihat beliau berpuasa sempurna sebulan penuh kecuali puasa di bulan Romadhon, dan aku tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa sunnah (kecuali) di bulan Sya’ban.” (HR Imam Al-Bukhori, sebagaimana dalam Fathul Bari (4/213) no. hadits 1969, dan Imam Muslim no. 1156)  
Guru kami, Syaikh Muhammad bin Ali bin Hizam hafidzhohulloh mengatakan : “Di dalam hadits ini terdapat petunjuk disunnahkannya memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, dan tidaklah shohih hadits-hadits yang menjelaskan tentang hikmah memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, kecuali hadits ini (saja). Dimungkinkan, hikmah disunnahkannya hal tersebut adalah untuk mengagungkan/memuliakan bulan Romadhon dan berpuasa di dalamnya (yang akan dilakukan pada bulan yang setelahnya), dan menjadikan puasa sunnah (di bulan Sya’ban ini) seperti sholat sunnah rowatib sebelum melaksanakan sholat fardhu.
Boleh jadi juga hikmahnya adalah untuk latihan (melatih diri) dan mempersiapkan diri untuk menghadapi puasa Romadhon, sehingga jangan sampai ketika Romadhon tiba jiwa kita belum siap untuk berpuasa. Sebagian ulama ada yang berkata, hikmahnya adalah karena bulan Sya’ban itu banyak dilupakan oleh manusia, karena letaknya yang berada di antara dua bulan yang agung, yaitu Rojab dan Romadhon. Al-Imam As-Shon’ani rohimahulloh berkata : “Dimungkinkan pula bahwa disunnahkan puasa adalah karena untuk semua hikmah tersebut. Wallohu a’lam.” (Ithaaful Anam, bi Ahkaami wa Masaaili Ash-Shiyaam, hal. 196-197)
Lihat juga penjelasan hikmah-hikmah tersebut di atas, dalam kitab-kitab sebagai berikut : Fathul Bari (hadits no. 1970) karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani, As-Sailul Jaror (4/160-161) karya Imam As-Syaukani, At-Taudhihul Ahkam (3/207) karya As-Syaikh Alu Bassam rohimahulloh, Lathoiful Ma’arif (hal. 258) karya Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahulloh, dan lain-lain.
Kedua : Dari Usamah bin Zaid rodhiyallohu ‘anhuma ia berkata : “Wahai Rosululloh, aku tidak pernah melihat Anda berpuasa di suatu bulan seperti Anda berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya berpuasa) ?” Beliau menjawab : “Itulah bulan dimana manusia banyak melalaikannya, yang terletak antara bulan Rojab dan Romadhon, yaitu suatu bulan dimana amal-amal akan diangkat kepada Robbul ‘Alamin (Robb seluruh alam semesta, yakni Alloh ta’ala), dan aku ingin agar amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR Imam Ahmad (5/20), Abu Daud (2/814), At-Tirmidzi (2/124), dan An-Nasa’i, (4/201-201), dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam As-Shohihah, 4/1898)
Sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam : “Itulah bulan dimana manusia banyak melalaikannya…..dst”, dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahulloh, bahwa menghidupkan waktu-waktu yang telah dilalaikan oleh banyak manusia itu (sebagaimana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menghidupkannya dengan memperbanyak puasa sunnah, edt.) mempunyai beberapa faedah, diantaranya : Pertama, lebih tersembunyi dan jauh dari riya’ (pamer amal). Kedua, lebih berat bagi jiwa, karena tabi’at manusia itu ingin ikut kebanyakan manusia. Ketiga, untuk membela dan melindungi manusia dengan ketaatannya itu dari bencana (yang akan menimpa) (Latho’iful Ma’arif, hal. 258)  
Demikianlah, hadits-hadits tersebut di atas menunjukkan keutamaan Bulan Sya’ban, dengan cara memperbanyak ibadah puasa sunnah di dalamnya, dan telah dijelaskan pula hikmah amalan puasa ini, wallohu a’lamu bis showab.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India