Bagaimanakah keadaan manusia setelah
mati? Pertanyaan ini sering singgah dalam hati kita, dan Insya Allah akan kami
jawab dengan berbagai sumber ayat al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah Saw.
Karena tema ini berkaitan dengan ruh, maka Allah Swt telah berfirman yang
artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit" (al-Isra': 85)
Hakikat Kematian
Mati bukanlah antonym (lawan kata)
dari ketiadaan. Makhluk yang pada awalnya belum terwujud kemudian diciptakan
oleh Allah, maka ketika ia mati bukan berarti musnah dan tidak ada seperti
sedia kala. Oleh karenanya, para ulama seperti Imam al-Ghazali, al-Qurthubi,
Ibnu Rajab al-Hanbali dan lainnya mendefinisikan kematian dengan redaksi:
"Mati adalah berpisahnya ruh dari jasadnya dan proses perpindahan dari
satu alam ke alam yang lain" (Tadzkirah al-Qurthubi 459)
Alam Kubur (Alam Barzakh)
Sebagaimana dijelaskan dalam
hadis-hadis sahih, misalnya hadis riwayat Abu Dawud (No 4753) yang dinyatakan
oleh Rasulullah Saw bahwa ruh manusia akan dikembalikan ke jasadnya saat
didatangi oleh malaikat Munkar dan Nakir. Ini menunjukkan bahwa di alam Barzakh
manusia menjalani kehidupan sebagai kelanjutan hidup di alam dunia. Bahkan
kehidupan di alam kubur adalah tahap pertama untuk menuju pada kehidupan
akhirat, seperti dalam hadis berikut ini:
"inna al qabra awwalu manzilin min manazil al-akhirati fa man naja minhu fa ma ba'dahu aisaru minhu, wa in lam yanju fa ma ba'dahu asyaddu minhu", Artinya: "Sesungguhnya kubur adalah jenjang pertama menuju ke jenjang-jenjang akhirat. Barangsiapa yang selamat dari qubur, maka jenjang berikutnya lebih mudah. dan jika tidak selamat maka jenjang berikutnya lebih berat" (HR Turmudzi dari Utsman bin Affan, Turmudzi berkata: Hadis ini hasan gharib)
Yang dimaksud dengan jenjang-jenjang
menuju Akhirat adalah (1) Ba'ts, manusia dibangkitkan dari alam kubur setelah
kiamat. (2) Mahsyar, manusia digiring menuju alam Mahsyar. (3) Mizan, manusia
ditimbang amal baik dan buruknya.(4) Shirat, manusia akan melewati jembatan,
jika selamat ia masuk surga, jika tidak selamat ia masuk neraka.
Kehidupan Para Nabi
Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah
Saw bersabda: "al Anbiya' ahyaun fi quburihim yushalluna" Artinya:
"Para Nabi hidup di kuburannya, mereka melakukan salat" (HR
al-Baihaqi dalam Hayat al-Anbiya' fi
Quburihim I/72 dan Abu Ya'la No 3425, disahihkan oleh banyak ulama ahli hadis)
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
"Ma min ahadin yusallimu 'alayya illa radda Allahu 'alayya ruhi Hatta
arudda 'alaihi as-salam", Artinya: "Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku,
kecuali Allah mengembalikan ruh ke tubuhku hingga aku menjawab salam
untuknya" (HR Abu Dawud No 2041, Ahmad No 10827 dan al-Baihaqi dalam
al-Sunan al-Kubra No 10050, disahihkan oleh banyak ulama ahli hadis)
Begitu pula hadis berikut: "Man
shalla 'alayya 'inda qabri sami'tuhu, wa man shalla 'alayya min ba'idin
bullightuhu". Artinya: "Barangsiapa bersalawat kepada saya di dekat makam
saya, maka saya mendengarnya. Dan barangsiapa bersalawat kepada saya dari jauh,
maka dihaturkan kepada saya" (HR Abu al-Syaikh dalam al-Tsawab, al-Hafidz
Ibnu Hajar dan al-Hafidz as-Sakhawi menilai sanadnya jayyid atau bagus)
Bahkan, dalam kehidupan Rasulullah di
alam kuburnya tetap mendoakan kepada umatnya, yaitu dalam sebuah hadis yang
artinya: "Hidupku lebih baik untuk kalian, kalian bercerita dan
diceritakan tentang kalian. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Amal-amal
kalian diperlihatkan kepada saya. Jika saya melihat amal baik, maka saya memuji
kepada Allah. Dan jika saya melihat amal jelek, maka saya mintakan ampunan
kepada Allah untuk kalian" (HR al-Bazzar No 1925. Al-Hafidz al-Haitsami
berkata: Perawinya adalah perawi hadis sahih)
Kehidupan Para Syuhada
Kehidupan para Syuhada ditegaskan
langsung oleh Allah dalam firmannya, yang artinya: "Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup
di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki" (Ali Imran: 169)
Begitu pula firman Allah yang
artinya: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya" (al-Baqarah: 154)
Kehidupan Orang-Orang Mu'min
Allah Swt berfirman yang artinya:
"Dan katakanlah: "Beramalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat amalmu itu.. " (at-Taubah: 105)
Ulama Ahli Tafsir Ibnu Katsir
menegaskan bahwa telah datang dalil-dalil tentang disampaikannya laporan amal orang yang masih
hidup kepada keluarganya yang telah wafat (Ibnu Katsir IV/ 209). Kemudian Ibnu
Katsir mengutip hadis berikut ini: "Inna a'malakum tu'radlu 'ala
aqaribikum wa 'asyairikum min al-amwati fa in kana khoiron istabsyaru bihi wa
in kana ghaira dzalika qalu Allahumma la tumithum hatta tahdiyahum ka ma
hadaitana". Artinya: “Sesungguhnya amal perbuatan kalian diperlihatkan kepada
kerabat dan keluarga jauh kalian yang telah meninggal, jika amal kalian baik,
mereka merasa senang, dan jika tidak baik, mereka berkata: “Ya Allah, jangan
Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri hidayah kepada mereka sebagaimana Engkau memberi hidayah kepada kami.” (HR Ahmad No 13020 dan Thabrani No 3791)
Begitu pula hubungan orang yang masih hidup dan yang telah
wafat masih bisa saling mengenal dengan berziarah ke makamnya. Rasulullah Saw
bersabda "Ma min 'abdin yamurru bi qabri rajulin kana ya'rifuhu fi
ad-dunya fa yusallimu 'alaihi illa 'arafahu wa radda 'alaihi as-salam"
Artinya: "Tidak seoramgpun yang melewati kuburan temannya yang pernah ia
kenal ketika di dunia dan mengucap salam kepadanya, kecuali ia mengenalnya dan
menjawab salamnya" (HR al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Tarikh VI/137 dan
Ibnu 'Asakir X/380 dari Abu Hurairah. Dan sanadnya baik, juga diriwayatkan oleh
Abdulhaqq dalam al-Ahkam, ia berkata: Sanadnya sahih)
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda: "Ma min rajulin yazuru qabra akhihi wa yajlisu 'indahu illa
ista'nasa bihi wa radda 'alaihi hatta yaquma", Artinya: "Tak seorang
pun yang berziarah ke makam saudaranya dan duduk di dekatnya, kecuali ia merasa
senang dan menjawabnya hingga meninggalkan tempatnya"
Al-Hafidz al-Iraqi memberi penilaian
terkait status hadis ini: "Hadis ini
diriwayatkan oleh Ibnu Abi al-Dunya dalam al-Qubur. Di dalam sanadnya terdapat
Abdullah bin Sam'an, saya tidak mengetahui perilakunya. Hadis yang sama
diriwayatkan oleh Ibnu Abdilbarr dari Ibnu Abbas dan disahihkan oleh Abdulhaqq
al-Asybili" (Takhrij Ahadits al-Ihya IV/216)
Ibnu Qayyim berkata: "Ulama salaf bersepakat bahwa orang yang
telah meninggal dunia mengetahui kunjungan orang yang masih hidup kepadanya
serta merasa senang dengannya" (al-Ruh
167)
Penutup
Sebagai kesimpulannya, Rasulullah
Saw bersabda: "Al Kayyisu man dana nafsahu wa 'amila lima ba'da
al-mauti". Artinya: "Orang yang cerdas adalah yang mampu
mengendalikan nafsunya dan beramal untuk sesuatu yang berguna setelah
kematiannya" (HR Turmudzi No 2383, ia berkata: Hadis ini hasan)
0 comments:
Post a Comment