Di kalangan
pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama al-Zarnuji tidak asing lagi
ditelinga para santri. Al-Zarnuji dikenal sebagai tokoh pendidikan
Islam.Kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab sangat
popular yang wajib dipelajari di pesantren-pesantren.Bahkan para santri wajib
mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya.Tapi
siapa sebenarnya al-Zarnuji itu?
Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji
al-Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan
Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan tempat
lahirnya al-Zarnuji.Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat
bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki. Sementara kata
“al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni
mazhab Hanafi.
Perjalanan
kehidupan al-Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti. Meski diyakini ia
hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya masih menjadi
perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisyi menyebut al-Zarnuji hidup pada abad
ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M.
Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa al-Zarnuji hidup dipenghujung
abad 12 dan awal abad 13 M.
Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat
yang disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa
belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang
buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim,
seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam
al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din
al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir
al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti.
Karya termasyhur
al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang
bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah,
kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski
menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari
sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M.
Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah
satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa
al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.
Pendapat Plessner
ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua
alasan bahwa al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas
al-Zarnuji sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun
metode pembelajaran yang dikhususkan agar pasa siswa sukses dalam belajarnya.
Tidak masuk akal bagi al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya
itu, hanya menulis satu buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji
telah menghasilkan banyak karya.Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya
menulis satu buku.
Tentang ada
tidaknya karya lain yang dihasilkan al-Zarnuji sebenarnya dilukiskan al-Zarnuji
sendiri dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, yang dalam salah satu bagiannya ia mengatakan:
“…kala itu guru kami syeikh Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga Allah menyucikan
jiwanya yang mulia itumenyuruhku untuk menulis kitab Abu Hanifah sewaktu aku
akan pulang ke daerahku, dan aku pun menulisnya…” Hal ini bisa memberikan
gambaran bahwa al-Zarnuji sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang
berjudul Ta’lim al-Muta’allim. Telepas dari perdebatan itu, al-Zarnuji
merupakan tokoh yang telah memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan
pendidikan Islam.Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.
Wassalam…
0 comments:
Post a Comment